Blogger templates

Pages

Rabu, 15 April 2015

Bedah Buku “Dasamuka” Memperingati Hari Ibu

                                                                  foto bersama setelah acara bedah buku Dasamuka




PURWOREJO—Novel berjudul Dasamuka karya Bapak Junaedi Setiyono, M. Pd. Mendapat apresiasi sedikitnya 128 peserta dalam acara bedah buku Dasamuka diruang Seminar Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), Sabtu (20/12). Kegiatan yang digelar Komisariat Buya Hamka Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah (IMM) UMP ini mengadirkan pembicara. Mereka yakni Bapak Soekoso DM, S.Pd. (Sastrawan dan Budayawan Purworejo), serta Bu Nur Ngazizah, S.Si, M. Pd. (Ketua Umum PDNA Kabupaten Purworejo).
Ketua Panitia, IMMawati Tunggalsari Ami Budiasih mengatakan, kegiatan bedah buku Dasamuka merupakan wujud apresiasi IMM terhadap pemgembangan karya sastra. Untuk mengembangkan semangat menulis, pihaknya mengundang peserta dari kalangan mahasiswa dan para guru, baik SMP maupun SMA Kabupaten Purworejo. “Acara bedah buku ini sekaligus untuk memperingati Hari Ibu,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, sang penulis novel, Bapak Junaedi Setiyono yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Purwoejo membeberka secara detail isi novel berlatar belakang sejarah itu. Dasamuka merupakan novel ketiga Bapak Junaedi Setiyono yang dinobatkan sebagai Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012.
Sebelumnya, dua novel yang ia terbitkan juga menasional. Novel pertamanya berjudul “Glonggong” menjadi pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006 dan finalis Khatulistiwa Literary Award 2008. Sementara novel keduanya “Arumdalu” menjadi Nominee Khatulistiwa Literary Award 2010.
Menurut Bapak Junaedi Setiyono, proses penulisan Dasamuka berawal dari keinginan menyuguhkan kebaruan kepada pembaca. Sesuatu yang baru tersebut terutama tentang cara penulisan, meliputi sudut pandang, tokoh, dan penokohan, dan alur cerita. Selaini itu, kebaruan yang terterang dalam novel Dasamuka adalah tentang isi novel.
“Sesuatu yang baru coba hadirkan oleh Bapak Junaedi Setiyono lainnya adalah tentang cara bertutur dalam trilogi Gelonggong, Arumdalu, dan Dasamuka. Biasanya novel trilogi, naratornya sama dan tokoh-tokohnya mirip. Dalam trilogi yang saya tulis ini naratornya berbeda,” ungkap Bapak Junaedi Setiyono.

Dikutip dari Koran HARIAN PURWOREJO (korane wong Purworejo) edisi Senin 22 Desember 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About