PURWOREJO—Novel
berjudul Dasamuka karya Bapak Junaedi Setiyono, M. Pd. Mendapat apresiasi sedikitnya
128 peserta dalam acara bedah buku Dasamuka diruang Seminar Universitas
Muhammadiyah Purworejo (UMP), Sabtu (20/12). Kegiatan yang digelar Komisariat
Buya Hamka Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah (IMM) UMP ini mengadirkan pembicara.
Mereka yakni Bapak Soekoso DM, S.Pd. (Sastrawan dan Budayawan Purworejo), serta
Bu Nur Ngazizah, S.Si, M. Pd. (Ketua Umum PDNA Kabupaten Purworejo).
Ketua Panitia,
IMMawati Tunggalsari Ami Budiasih mengatakan, kegiatan bedah buku Dasamuka
merupakan wujud apresiasi IMM terhadap pemgembangan karya sastra. Untuk
mengembangkan semangat menulis, pihaknya mengundang peserta dari kalangan
mahasiswa dan para guru, baik SMP maupun SMA Kabupaten Purworejo. “Acara bedah
buku ini sekaligus untuk memperingati Hari Ibu,” ucapnya.
Dalam
kesempatan tersebut, sang penulis novel, Bapak Junaedi Setiyono yang juga dosen
Universitas Muhammadiyah Purwoejo membeberka secara detail isi novel berlatar
belakang sejarah itu. Dasamuka merupakan novel ketiga Bapak Junaedi Setiyono
yang dinobatkan sebagai Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta
2012.
Sebelumnya,
dua novel yang ia terbitkan juga menasional. Novel pertamanya berjudul “Glonggong”
menjadi pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006 dan finalis
Khatulistiwa Literary Award 2008. Sementara novel keduanya “Arumdalu” menjadi
Nominee Khatulistiwa Literary Award 2010.
Menurut Bapak
Junaedi Setiyono, proses penulisan Dasamuka berawal dari keinginan menyuguhkan
kebaruan kepada pembaca. Sesuatu yang baru tersebut terutama tentang cara
penulisan, meliputi sudut pandang, tokoh, dan penokohan, dan alur cerita.
Selaini itu, kebaruan yang terterang dalam novel Dasamuka adalah tentang isi
novel.
“Sesuatu yang
baru coba hadirkan oleh Bapak Junaedi Setiyono lainnya adalah tentang cara
bertutur dalam trilogi Gelonggong, Arumdalu, dan Dasamuka. Biasanya novel
trilogi, naratornya sama dan tokoh-tokohnya mirip. Dalam trilogi yang saya
tulis ini naratornya berbeda,” ungkap Bapak Junaedi Setiyono.
Dikutip dari Koran
HARIAN PURWOREJO (korane wong Purworejo) edisi Senin 22 Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar